Monday, September 04, 2006

Pengkondisian Semi-Express

Pengkondisian Semi Express - Sebuah Indoktrinasi Penumpang... by FO

KRL Semi Express (a.k.a "Semex") yang beroperasi sejak awal September 2006, sejatinya adalah sebuah solusi cerdas PT. KA dalam melihat dan memaksimalkan peluang yang muncul di pasar. Dengan kondisi KRL Ekonomi yang sudah sangat parah - terutama pada jam-jam sibuk pergi dan pulang kantor (belum ditambah dengan kurangnya jumlah gerbong dan sangat rendahnya kwalitas maintenance PT. KA), KRL Semex merupakan pilihan bagi para pengguna layanan. Dan sebagai sebuah pilihan - seharusnya merupakan pilihan yang lebih baik dari yang sudah ada. Apakah Semex memang pilihan yang lebih baik?

Secara layanan, jawabannya "YA". Dengan AC, pintu tertutup dan hanya berhenti di beberapa stasiun, seharusnya perjalanan dapat dinikmati lebih nyaman oleh penumpangnya. Otomatis pula, jumlah penumpang akan terseleksi. Lebih sedikit dan mungkin lebih "berkwalitas"..
Secara biaya yang harus dikeluarkan, pastinya "TIDAK". Dengan harga Rp 6000, tentu saja banyak penumpang KRL Ekonomi yang berfikir panjang untuk "pindah" ke Semex - terutama karena stasiun persinggahan dan jam layanan yang masih belum sinkron dengan kebutuhan penumpang.

Dari sudut pandang PT. KA, tentu Semex merupakan sebuah sumber pendapatan baru. Bahkan bisa dibilang - pada waktunya nanti, Semex dan KRL Express akan "bahu-membahu menjadi tulang punggung" pendapatan BUMN ini. Jadi - bila tanpa Semex saja, target pendapatan tahunan bisa tercapai hingga 113 % - bayangkan bila Semex telah beroperasi maksimal.
Hanya saja - ada satu hambatan utama PT. KA dalam menerapkan dan memaksimalkan jadwal layanan Semex.. Dengan begitu menguntungkannya KRL Express dan begitu merugikannya KRL Ekonomi, PT. KA sepertinya sedang berusaha untuk mencari keseimbangan waktu diantara keduanya. Disatu sisi, tak ingin mengurangi penumpang Ekspress - walaupun sangat ingin mengurangi, mengalihkan dan bahkan menghilangkan penumpang Ekonomi. Di sisi lain, tak bisa sama sekali menghapuskan KRL Ekonomi dikarenakan kewajibannya sebagai penyedia layanan publik. Well..
So, bagaimanakah kemudian PT. KA menyikapi hal ini?

Sayangnya - dengan kembali terlebih dahulu "mengorbankan" penumpangnya. Seperti yang sudah diakui sendiri oleh pihak PT. KA, yang pertama kali menjadi "korban" Semex adalah "kereta balik". Kereta Balik adalah layanan KRL Ekonomi yang tidak melayani trip penuh Jakarta-Bogor. Biasanya yang dipilih untuk pagi hari adalah stasiun Bojonggede, Depok Lama dan Depok Baru. Sementara untuk sore dan malam, dipilih stasiun Manggarai. Seperti banyak penumpang lainnya, kereta balik adalah sebuah solusi cukup nyaman saat jumlah penumpang mencapai puncak kepadatannya pada jam-jam sibuk.

Jumat sore (01/09), Kereta Balik terakhir yang dilihat penulis berangkat dari Manggarai adalah KA602 jadwal 18.00. Sedangkan jadwal KA616 jadwal 19.41 sama sekali tak terlihat hingga penulis terpaksa memilih KA618 dari Kota yang cukup padat. Apakah KA616 terlambat atau dibatalkan? Yang jelas, pihak stasiun sama sekali tidak menginformasikan hal ini kepada para penumpangnya yang terlihat begitu mengharapkan dan sangat menunggu kereta balik ini - bahkan dengan melewatkan beberapa kereta lain yang lebih dulu tiba dari Stasiun Kota, yang memang sangat padat.
Sebuah pertanyaan muncul di benak seperti beberapa penumpang lainnya...apakah ini cara PT. KA mensosialisasikan dan mengkondisikan para penumpangnya untuk "menerima" kehadiran Semex di jadwal kereta balik itu? Kalau memang iya..menyedihkan memang mental pelayan publik di negeri ini.. Sebuah indoktrinasi - memaksakan sesuatu agar bisa diterima pada akhirnya.

Padahal solusinya bisa saja keduanya bisa dioperasikan secara parrarel - apalagi jam-jam tersebut jumlah penumpang sedang mencapai puncak. Mungkin saja kereta balik dioperasikan lebih dahulu pada sekitar slot 19.20 - dengan pertimbangan pada sekitar pukul 19.00 semua kereta Ekonomi sedang dalam keadaan sangat padat, sementara Semex menempati slot 19.41 sebagai sebuah "pilihan lebih baik" - apalagi dengan jadwal Express yang sudah selesai. Dan melihat kondisi dan jumlah penumpang, kehadiran Semex pada slot itu akan tetap bisa "menyedot keuntungan" apalagi dengan pertimbangan pengoperasiannya dari stasiun Kota.

Pertanyaan terakhir; apakah PT. KA bisa mensosialisasikan dan mengkondisikan penumpangnya untuk menerima kehadiran Semex dengan cara lebih sopan dan elegan (dan tentu dengan penumpang sebagai SUBJEK dan bukan sekedar OBJEK)?

0 Comments:

Post a Comment

<< Home


Counter