Tuesday, July 18, 2006

Hari Tanpa TV - 23 Juli 2006

from my-point-of-view and mine only..
Hari tanpa TV? sah-sah aja.. Hari dengan TV? sah-sah aja..
TV untuk cari ilmu? bisa banget.. TV untuk cari porno? bisa banget juga..
semuanya balik ke karakter personal dan kebutuhan karakter masing2..
suka atau tidak suka, inilah dampak globalisasi. dan masing2 dari kita seharusnyalah mempunyai filter di dalam diri sendiri untuk menentukan jenis tontonan apa yang dibutuhkan olehnya. bila dalam konteks keluarga - maka orang tualah yang SEHARUSNYA bertanggung jawab atas itu. anak2 dalam usia pra-akil baliq tentu saja masih membutuhkan bimbingan untuk menjelaskan atas apa yang mereka lihat di layar kaca. sekali lagi, orang tua bertanggung jawab atas ini. dan masih banyak tayangan yang bernilai positif di layar kaca..berita dan acara ilmu pengetahuan pasti masuk kategori ini.
tetapi hal ini berbeda bila bicara untuk usia dewasa. kalau mau mengatasnamakan saya, saya tidak terima. saya tidak pernah nonton sinetron, infotaiment ataupun acara sampah lain yang memang saya tidak suka.. buat saya, TV adalah jendela pengetahuan dan hiburan - parameter yang saya tentukan sendiri untuk kebutuhan karakter saya. kalau memang ada yang ingin mengatur apa yang mereka kira adalah kebutuhan saya, well.. hidup kok rasanya jadi kuda ya.. yang harus melihat apa yang diinginkan oleh sang kusir.. jadi apa gunanya akal, nurani dan moral yang saya punya?
intinya - saya setuju bila dikatakan bahwa siaran TV dalam negeri kita "merusak moral". ini sangat saya setuju. perhatikan acara TV swasta kita di prime-time, apa yang menjadi mayoritas? sinetron menjual mimpi dan konsumerisme serta infotaiment yang sibuk ngurusin hidup orang lain. jelas harus ada filter "moral" yang lebih dari para personel media untuk menentukan apakah tayangan tsb cocok atau tidak untuk jam tayangan tertentu. kemudian tentu saja ke pemirsanya - memilih sendiri (dengan tanggung jawab) atas tontonan yang dibutuhkannya. tapi kalau TV dilarang sama sekali atau dikembalikan kaya TVRI satu channel dulu, saya tidak setuju. saya tidak bisa membayangkan bila saya tidak bisa/dilarang untuk mendapatkan informasi atau menambah ilmu. mungkin balik ke jaman rekiplik tahun 60an, dimana mendengarkan radio luar negeri berarti siap untuk ditangkap dan dipenjara..
dan saya bersyukur saya hidup di dunia dan di zaman dimana saya punya hak untuk memilih..tentu saja dengan tanggung-jawab masing2 - minimal ke diri sendiri..
last one tangkaplah tikusnya.. jangan bakar lumbungnya..
eksistensi TV masih sangat dibutuhkan..minimal saya..

0 Comments:

Post a Comment

<< Home


Counter